HONG KONG – Hong Kong berhasil melewati ujian berat dari Topan Ragasa pada Rabu (25 September 2025). Meski badai ini memaksa kota itu nyaris...
HONG KONG – Hong Kong berhasil melewati ujian berat dari Topan Ragasa pada Rabu (25 September 2025). Meski badai ini memaksa kota itu nyaris lumpuh total dan memicu peringatan tertinggi, kabar terbaik yang diterima adalah: tidak ada laporan korban jiwa dalam insiden ini.
Badan Cuaca Hong Kong (HKO) mengeluarkan Sinyal Angin Topan No. 10, tingkat peringatan tertinggi, selama sekitar tujuh jam. Pusat badai berada paling dekat dengan kota pada pukul 2 pagi waktu setempat, dengan angin berkecepatan hingga 145 kilometer per jam.
Kesiapan dan respons cepat menjadi kunci keselamatan. Pemerintah Hong Kong, yang telah belajar dari pengalaman menghadapi topan-topan besar sebelumnya, telah lebih dulu mengumumkan penutupan sekolah, perkantoran pemerintah, dan seluruh layanan transportasi umum. Masyarakat juga patuh untuk tetap berada di dalam rumah sejak peringatan dini dikeluarkan.
“Kami bersyukur bahwa hingga saat ini tidak ada laporan korban jiwa yang terkait dengan Topan Ragasa. Ini adalah hasil dari kewaspadaan dini dan kerja sama yang baik dari seluruh warga,” ujar seorang juru bicara pemerintah dalam konferensi pers pada Rabu siang. “Tim darurat kami telah dikerahkan untuk menangani dampak yang ada.”
Meski selamat tanpa korban jiwa, kota ini tidak luput dari kerusakan. Dilaporkan terjadi puluhan pohon tumbang, banjir di area rendah, serta beberapa insiden seperti papan reklame yang rusak. Sejumlah kecil orang dilaporkan mengalami luka-luka ringan dan telah ditangani medis. Bandara Hong Kong juga mengalami pembatalan massal penerbangan.
Pada pukul 9 pagi, HKO menurunkan peringatan menjadi Sinyal No. 8 seiring dengan menjauhnya badai. Aktivitas perlahan mulai kembali normal pada siang hari, dengan warga dan petugas kebersihan mulai membersihkan reruntuhan yang ditinggalkan oleh topan.
Keberhasilan Hong Kong dalam menghadapi Topan Ragasa dengan korban jiwa nol kembali membuktikan efektivitas sistem peringatan dini dan protokol keselamatan yang dimiliki oleh kota berpenduduk padat tersebut dalam menghadapi bencana alam